Jumat, 20 Juli 2012

Benarkah Habis Makan Tak Boleh Minum Air Dingin?







Tentu saja hal itu tidak benar. Mari kita pikirkan
bersama: saat makanan dan minuman masuk ke
dalam tubuh melalui mulut, tenggorokan dan
lambung, suhu asli makanan akan berubah
karena di dalam tubuh kita konstan 37°C.
Di dalam lambung, makanan dicerna kira-kira
2-3 jam dalam suhu 37°C dan menggunakan
asam lambung yang mempunyai pH sangat
rendah (sekitar pH 2) sehingga makanan dan
minuman yang masuk otomatis pada akhirnya
akan menjadi hangat sesuai tubuh dan hancur
oleh karena asam lambung.


Saat makanan dan minuman diserap oleh tubuh
dari usus, yang diserap sudah merupakan zat-zat
yang sangat kecil (bentuknya sudah seperti ion
atau molekul terkecil) dan bukan makanan
“utuh” lagi.
Sementara itu lemak yang mengendap dalam
tubuh merupakan konsekuensi dari makan
terlalu banyak (terutama makan minyak/lemak)
ditambah kurangnya olahraga, bukan karena
minum air dingin.

Leona Victoria Djajadi MND(Master of Nutrition and Dietetics (Ahli Gizi)

-Bagi yang Rambutnya Merah, Punya Uban
Justru Lebih Sehat

Warna rambut berhubungan
juga dengan
kesehatan, salah
satunya terkait risiko
kanker. Pigmen atau
zat warna bisa
mengikat radikal
bebas pemicu
kanker, sementara
uban yang tidak
punya pigmen justru menandakan tidak adanya
radikal bebas.

Bagi kebanyakan orang, rambut beruban pasti
selalu dikeluhkan karena memberi kesan lebih
tua dari usia sebenarnya. Bagi yang memang
sudah tua, memudarnya warna rambut sering
ditutup-tutupi dengan memakai semir atau cat
rambut agar tampak lebih muda.
Padahal penelitian terbaru yang dimuat di jurnal
Physiological and Biochemical Zoolog
menunjukkan, banyaknya uban justru
menunjukkan bahwa seseorang lebih sehat
dalam arti tertentu. Pasalnya, rambut dikatakan
beruban ketika pigmen atau zat warnanya mulai
berkurang.

Penelitian yang dilakukan para ilmuwan dari
Museo Nacional de Ciencias Naturales di Spanyol
ini juga mengungkap bahwa pigmen ada 2
macam, yakni eumelanin dan pheomelanin.
Eumelanin memberi warna coklat atau hitam,
sementara pheomelanin memberi warna merah
atau coklat muda.
Berbeda dengan eumelanin, pheomelanin
membutuhkan senyawa yang disebut glutation
atau GSH untuk menghasilkan warna pada
rambut maupun kulit. Senyawa ini merupakan
antioksidan, yang seharusnya melindungi tubuh
dari radikal bebas pemicu kanker.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa proses
pembentukan warna, khususnya oleh pigmen
pheomelanin banyak menghabiskan kadar GSH.
Akibatnya reaksi oksidasi yang menghasilkan
radikal bebas meningkat, sehingga risiko kanker
juga ikut meningkat.
Ini berarti, bagi yang rambutnya merah maka
banyak uban justru menjadi pertanda baik.
Karena pigmen atau zat warna pheomelaninnya
berkurang, kadar GSH lebih terjaga dan bisa
lebih optimal dalam melindungi tubuh dari
radikal bebas penyebab kanker.

"Bukannya menandakan usia yang makin tua,
uban yang makin banyak justru menandakan
kondisi kesehatan yang lebih baik," kata Ismael
Galvan yang memimpin penelitian ini seperti
dikutip dari Livescience, Jumat (20/7/2012).
Sayangnya seperti dikatakan oleh Galvan,
penelitian ini baru dilakukan pada babi hutan
yang memang diyakini memiliki kemiripan
proses pigmentasi dengan manusia. Namun
diperkirakan, hubungan antara warna rambut
dengan risiko kanker tidak akan jauh berbeda
ketika diterapkan pada manusia.

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites